Isi
Bioma Tundra menggabungkan suhu beku dengan penutup tanah yang tanpa pepohonan untuk menciptakan salah satu lingkungan alami paling keras di Bumi. Kebanyakan tundra adalah campuran keras dari bahan tanaman beku yang mati dan tanah yang disebut permafrost. Tumbuhan dan margasatwa bioma ini telah beradaptasi dengan serangkaian kondisi lingkungan yang berbahaya yang kini bergeser karena perubahan iklim.
Suhu Pemanasan
Alaska - negara bagian paling utara AS dan satu-satunya yang mencakup tundra Arktik - telah menghangat dua kali lipat rata-rata nasional AS selama 50 tahun terakhir. Suhu rata-rata telah meningkat sebesar 3,4 derajat Fahrenheit pada waktu itu, dan suhu musim dinginnya telah meningkat hampir dua kali lipat: rata-rata 6,3 derajat Fahrenheit. Para ilmuwan memperkirakan suhu akan meningkat setidaknya sebanyak 2050 lagi.
Tanah Pencairan
Suhu tundra yang meningkat mungkin terdengar sederhana, terutama untuk bioma dengan suhu rata-rata 10 hingga 20 derajat Fahrenheit. Tetapi mereka sebenarnya telah menyebabkan perubahan signifikan pada lapisan es tundra. Suhu pemanasan menunda pembekuan tahunan, dan periode hangat yang lebih lama mencairkan tundra permafrost. Ini memungkinkan tanaman seperti semak berakar lebih jauh ke utara di tundra, dan memungkinkan hewan yang tidak beradaptasi dengan kondisi keras tundra untuk bermigrasi ke utara. Perubahan lingkungan ini mengancam penghuni tundra seperti rubah Kutub Utara.
Emisi Gas Rumah Kaca
Dengan membekukan materi tanaman yang membusuk di tanah permafrost setiap musim dingin, tundra secara historis bertindak sebagai "penyerap karbon": tempat yang menghilangkan dan menyimpan gas rumah kaca dari atmosfer. Permafrost yang dikemas dapat mencapai kedalaman 450 meter (1.476 kaki). Para ilmuwan iklim berharap bahwa pencairan permafrost akan melepaskan gas rumah kaca yang tersimpan seperti karbon dioksida dan metana ke atmosfer. Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA) sedang memantau permafrost untuk menentukan gas apa yang keluar. Sampel yang diambil dari Innoko Wilderness Alaska pada tahun 2012 menunjukkan emisi metana seperti yang dihasilkan di kota-kota besar; emisi rumah kaca tersebut kemungkinan akan menyebabkan umpan balik positif dan mempercepat perubahan iklim.
Kontroversi Perubahan Iklim
Beberapa orang meragukan keberadaan perubahan iklim, serta teori bahwa suhu pemanasan disebabkan oleh emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia seperti membakar bahan bakar fosil. Namun, Persatuan Ilmuwan Peduli melaporkan "konsensus ilmiah yang luar biasa" bahwa perubahan iklim sedang terjadi, dan itu disebabkan oleh aktivitas manusia. Pemanasan Arktik tundra adalah salah satu contoh dari proses ini di tempat kerja.