Isi
Karbonasi mengacu pada karbon dioksida yang terlarut dalam cairan, dan kecepatan karbon dioksida larut atau larut tergantung pada suhu. Ketika suhu dinaikkan, laju disolusi dalam cairan menurun, dan sebaliknya ketika suhu diturunkan. Prinsip dasar ini menjelaskan bagaimana suhu mempengaruhi karbonasi.
Selera Minuman dan Penyimpanan
Rasa minuman berkarbonasi tergantung pada suhu penyimpanannya. Ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa suhu harus diturunkan untuk menstabilkan kandungan karbon dioksida. Kondisi yang dihasilkan akan menurunkan pH antara 3,2 dan 3,7, memberikan minuman rasa asam yang menggambarkan rasa soda yang khas. Ini adalah alasan mengapa minuman berkarbonasi harus dikonsumsi saat dingin.
Proses Karbonasi
Proses karbonasi didasarkan pada prinsip bahwa tekanan tinggi dan suhu rendah memaksimalkan penyerapan gas. Proses dimulai setelah karbon dioksida dibawa ke dalam kontak dengan cairan. Gas larut ke dalam cairan sampai tekanan menjadi sama dengan tekanan yang mendorong cairan untuk menghentikan proses. Akibatnya, suhu harus diturunkan menjadi sekitar 36 hingga 41 derajat Fahrenheit untuk melanjutkan proses.
Menggelegak atau mendesis
Ketika minuman berkarbonasi dibuka atau dituangkan ke dalam gelas terbuka, itu gelembung atau mendesis untuk menunjukkan bahwa karbon dioksida perlahan menguap atau menghilang. Setelah tekanan berkurang, karbon dioksida dilepaskan dari larutan dalam bentuk gelembung kecil, membuat minuman berbusa atau mendesis terlepas dari suhu. Ketika minuman berkarbonasi lebih dingin, karbon dioksida terlarut lebih larut dan mendesis lebih banyak ketika dibuka.
Hilangnya Karbonasi
Minuman berkarbonasi cenderung kehilangan desisnya pada suhu yang lebih tinggi karena kehilangan karbon dioksida dalam cairan meningkat ketika suhu dinaikkan. Hal ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa ketika cairan berkarbonasi terkena suhu tinggi, kelarutan gas di dalamnya berkurang. Akibatnya, gas yang belum larut dapat dengan mudah hilang.