Efek Hidup di Ketinggian Tinggi

Posted on
Pengarang: John Stephens
Tanggal Pembuatan: 28 Januari 2021
Tanggal Pembaruan: 18 Boleh 2024
Anonim
Efek Rumah Kaca - Tubuhmu Membiru Tragis (Antoz) [ERK]
Video: Efek Rumah Kaca - Tubuhmu Membiru Tragis (Antoz) [ERK]

Isi

Hidup dalam kesunyian yang tenang dan pemandangan yang menakjubkan dari daerah pegunungan bisa menjadi pengalaman yang indah. Namun, ada banyak efek yang hidup di dataran tinggi terhadap tubuh manusia, dan sementara beberapa efeknya relatif kecil, yang lain bisa sangat berbahaya.

Tingkat Oksigen

Udara di daerah ketinggian yang lebih tinggi di planet ini mengandung jumlah oksigen yang jauh lebih kecil daripada daerah permukaan laut. Kekurangan oksigen ini dapat memiliki banyak efek kesehatan pada orang-orang yang belum terbiasa dengan perbedaan ketinggian yang signifikan. Namun, orang yang berbeda akan melihat efek ini pada ketinggian yang berbeda. Beberapa orang yang masih muda dan sehat mungkin tidak akan terpengaruh oleh ketinggian dan kekurangan oksigen sampai mereka naik menjadi sekitar 6.000 kaki di atas permukaan laut, sementara orang lain yang sakit, menderita masalah kesehatan atau tidak dalam kondisi baik dapat melihat efeknya sekitar 4.000 kaki.

Takut ketinggian

Orang yang tinggal di dataran tinggi dapat menderita penyakit ketinggian. Kandungan oksigen di udara berkurang dengan meningkatnya ketinggian, dan dengan demikian orang-orang yang tidak terbiasa hidup di ketinggian biasanya mengalami kesulitan bernapas dan mendapatkan oksigen dalam jumlah yang cukup. Sebagai contoh, pada ketinggian 14.000 kaki seseorang hanya dapat menghirup 60 persen oksigen dalam satu napas yang akan mereka lakukan dalam satu napas di permukaan laut. Ketidakmampuan tubuh untuk secara efektif dan efisien memperoleh pasokan oksigen yang terus-menerus dapat menyebabkan kekurangan oksigen, dan melakukan atau mengerahkan aktivitas fisik di tempat yang tinggi dapat lebih meningkatkan risiko kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen, juga disebut sebagai hipoksia, dapat memiliki efek merusak pada paru-paru dan otak seseorang, yang mengakibatkan "penyakit ketinggian". Gejala penyakit ketinggian termasuk mual yang intens, sakit kepala yang berdenyut-denyut atau kelemahan tubuh yang parah.

Kelemahan Fisik

Kelemahan fisik yang ekstrem adalah efek lain yang dapat disebabkan oleh ketinggian. Otot-otot dalam tubuh manusia terbiasa menerima oksigen dalam jumlah yang memadai setiap saat, dan dengan demikian kekurangan oksigen secara tiba-tiba yang berhubungan dengan daerah pegunungan dapat secara dramatis merusak otot. Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif dengan elektron yang tidak berpasangan, dan pasokan oksigen yang tidak cukup dapat membuat radikal bebas menumpuk dan menumpuk seperti racun di dalam jaringan otot ketika respirasi sel dihambat. Akibatnya, orang yang menyesuaikan diri untuk hidup di tempat yang tinggi mungkin menderita kelelahan yang parah di mana tubuh, anggota badan, dan otot menjadi lemah dan kehabisan energi. Namun, seiring berjalannya waktu tubuh biasanya dapat berhasil beradaptasi dengan lingkungan baru, dan gejala kelemahan fisik akhirnya mereda.

Dehidrasi

Orang-orang yang belum menyesuaikan diri dengan gunung biasanya memperhatikan dampak dehidrasi. Di tempat yang tinggi orang menghembuskan napas dan berkeringat dua kali lebih banyak daripada di permukaan laut. Dengan demikian, sepanjang hari seseorang di ketinggian tinggi kehilangan air pada laju yang jauh lebih cepat daripada yang biasa digunakan tubuhnya - seringkali totalnya bisa mencapai lebih dari satu liter tambahan sehari - dan sebagai akibatnya tubuh dapat mengalami dehidrasi. Orang-orang yang belum terbiasa dengan ketinggian tinggi harus minum air dalam jumlah ekstra untuk mencegah dehidrasi.