Isi
Pembangkit listrik tenaga nuklir dan bahan bakar fosil berbeda terutama dari mana energi mereka berasal; reaktor nuklir menghasilkan panas dari logam radioaktif, dan pabrik berbahan bakar fosil membakar batu bara, minyak atau gas alam. Selain perbedaan teknis antara kedua pendekatan, mereka mempengaruhi lingkungan secara berbeda: Pabrik berbahan bakar fosil terkenal karena emisi gas rumah kaca, sedangkan reaktor nuklir dikenal karena limbah radioaktif, yang dapat tetap berbahaya selama ribuan tahun.
Hidrokarbon Vs. Radioaktivitas
Pembangkit listrik berbahan bakar fosil mengandalkan teknologi api kuno untuk menghasilkan panas; pabrik semacam itu membakar bahan bakar hidrokarbon seperti metana atau batu bara bubuk. Proses pembakaran melepaskan energi dari ikatan kimia dalam bahan bakar. Sebaliknya, reaktor nuklir mengeksploitasi panas radioaktivitas. Atom uranium-235 dan plutonium-239 yang berat dan tidak stabil, keduanya merupakan bahan bakar nuklir yang umum, membusuk menjadi elemen yang lebih ringan sembari menghasilkan panas yang berlimpah.
Kepadatan Energi Bahan Bakar
Karena reaksi nuklir jauh lebih energik daripada reaksi kimia, satu pon bahan bakar nuklir membawa sekitar 1 juta kali energi dibandingkan satu pon bahan bakar fosil. Menurut University of Florida, pembangkit listrik tenaga batu bara 1 gigawatt membutuhkan 9.000 ton bahan bakar per hari; sebuah pabrik nuklir setara mengkonsumsi sekitar 3 kilogram (6,6 pon) uranium dalam jumlah waktu yang sama.
Rincian Emisi
Reaksi pembakaran yang menggerakkan pabrik bahan bakar fosil mengkonsumsi bahan bakar dan oksigen dan menghasilkan uap air, karbon dioksida, dan energi. Pembakaran batu bara, gas alam, dan minyak selalu menghasilkan CO2, gas yang diyakini sangat terkait dengan pemanasan global. Karena batu bara dan minyak memiliki pengotor yang tidak mudah terbakar, sumber-sumber ini juga menghasilkan nitro oksida, sulfur dioksida dan polutan lainnya. Pembangkit listrik tenaga nuklir tidak menggunakan reaksi kimia untuk menghasilkan energi; selama operasi normal, ia tidak memiliki emisi gas.
Bahaya Lingkungan
Bahaya ada dengan bahan bakar fosil dan pembangkit listrik tenaga nuklir, meskipun banyak bahayanya berbeda. Desain reaktor dari sebagian besar pabrik nuklir yang beroperasi membutuhkan aliran air yang konstan untuk menjaga reaktor agar tidak terlalu panas dan mungkin melepaskan radioaktivitas ke lingkungan; bencana Fukushima pada 2011 terjadi ketika pompa air gagal. Pembangkit listrik tenaga batu bara menghasilkan sejumlah besar abu, limbah padat yang mengandung merkuri, arsenik, dan bahan berbahaya lainnya. Beberapa operator pabrik mengandung abu di kolam raksasa, yang dapat pecah, mencemari area sekitarnya. Kecelakaan seperti itu terjadi di Tennessee pada 2008, melepaskan 1,3 juta meter kubik - 1,7 juta meter kubik - bubur abu.