Apa Perbedaan Antara Polusi Udara Manusia & Alami?

Posted on
Pengarang: Peter Berry
Tanggal Pembuatan: 14 Agustus 2021
Tanggal Pembaruan: 12 Boleh 2024
Anonim
Apa Perbedaan Antara Polusi Udara Manusia & Alami? - Ilmu
Apa Perbedaan Antara Polusi Udara Manusia & Alami? - Ilmu

Isi

Perbedaan utama antara polusi udara alami dan buatan manusia adalah bahwa peristiwa alam yang berkelanjutan atau sementara menyebabkan polusi udara alami, tetapi aktivitas manusia bertanggung jawab atas polusi buatan manusia. Kita tidak dapat mencegah polusi udara alami dari sumber-sumber seperti gunung berapi, tetapi kita dapat mengurangi polusi buatan manusia dan konsekuensinya: penyakit pernapasan, hujan asam dan pemanasan global.

Di udara

Polutan udara adalah gas dan partikel yang membahayakan orang atau kehidupan lain, merusak bahan atau mengurangi jarak pandang. Beberapa polusi udara berasal dari letusan gunung berapi, kebakaran hutan dan sumber air panas, tetapi sebagian besar merupakan akibat dari aktivitas manusia. Pembangkit listrik, pabrik, mobil, dan truk memancarkan karbon dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dan partikel yang terdiri dari partikel halus yang tersuspensi di udara. Membakar minyak, batu bara, bensin, dan bahan bakar fosil lainnya adalah penyebab utama polusi udara buatan manusia. Sumber polusi udara buatan manusia lainnya termasuk pembuangan limbah, dry cleaning, cat, pembuatan bahan kimia, kompor kayu dan pabrik tepung.

Sumber Alami Pencemaran Udara

Polutan udara alami termasuk radon, kabut dan kabut, ozon, abu, jelaga, semprotan garam, dan gas vulkanik dan pembakaran. Radon adalah gas radioaktif yang merembes dari tanah di beberapa daerah, dan kabut dan kabut keduanya adalah uap air padat di permukaan tanah yang mengaburkan penglihatan. Ozon, bahan kimia yang terbentuk secara alami oleh aksi sinar matahari pada oksigen, merupakan polutan di permukaan tanah tetapi bermanfaat di atmosfer bagian atas. Sebuah molekul yang terbuat dari tiga atom oksigen, ozon melindungi Bumi dari sinar ultraviolet berbahaya dari matahari, tetapi merusak tanaman dan menyebabkan masalah pernapasan di atmosfer bagian bawah. Letusan gunung berapi dan kebakaran hutan, rawa dan rumput meluncurkan jelaga dan abu ke atmosfer, yang mengurangi sinar matahari dan menurunkan suhu. Erupsi dan kebakaran juga menghasilkan karbon dioksida, karbon monoksida, dan gas polusi lainnya.

Efek Polusi Udara

Polusi udara alami dan buatan manusia membahayakan manusia, kehidupan lain dan lingkungan. Partikulat materi dari pembakaran kayu dan bahan bakar fosil bersarang di paru-paru, menyebabkan masalah pernapasan, dan mengendap dalam lapisan tipis di atas bangunan, pohon dan tanaman. Karbon monoksida mengganggu kemampuan darah untuk mengangkut oksigen dan menyebabkan sakit kepala, kerusakan jantung, dan kematian. Belerang dioksida, yang merupakan produk pembakaran batu bara, mengiritasi mata, merusak paru-paru dan membuat hujan menjadi asam. Hujan asam merusak bangunan dan hutan serta membunuh kehidupan air. Kontributor lain untuk hujan asam adalah nitrogen dioksida yang dipancarkan oleh kendaraan, boiler industri dan proses industri lainnya. Timbal dari bensin bertimbal, pembangkit listrik dan kilang logam mencemari tanaman dan ternak dan menyebabkan kerusakan otak dan ginjal.

Pemanasan global

Gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global telah meningkat 31 persen sejak zaman praindustri. Karbon dioksida dan gas-gas lain memerangkap panas di atmosfer, menyebabkan suhu global meningkat. Meskipun karbon dioksida memiliki sumber alami, seperti letusan gunung berapi, aktivitas manusia telah menyebabkan peningkatan dari 280 bagian per juta sebelum pengembangan industri menjadi 370 bagian per juta saat ini. Gas rumah kaca lainnya termasuk metana dan dinitrogen oksida - yang juga diproduksi oleh aktivitas manusia - yang telah berkontribusi pada peningkatan 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) dalam suhu permukaan udara global dalam beberapa dekade terakhir. Materi partikulat dari kendaraan, pabrik, kebakaran, dan letusan mendinginkan atmosfer, tetapi para peneliti di Pusat Nasional untuk Penelitian Atmosfer masih memperkirakan 90 persen kemungkinan bahwa aktivitas manusia akan menyebabkan peningkatan 1,7 hingga 4,9 derajat Celcius (3,1 hingga 8,9 derajat Fahrenheit) peningkatan global suhu pada tahun 2100.